Senin, 10 Oktober 2011

Menulis Fiksi, Mengasah Kepekaan

Menulis Fiksi, Mengasah Kepekaan

Bang Arswendo Atmowiloto pernah bikin buku yang laris di tahun 80-an, judulnya cukup menghentak: “Mengarang Itu Gampang”. Bukan saja judulnya yang menarik, tetapi isinya juga mewakili sebagai modal untuk menjadi pengarang jempolan. Menulis fiksi memang asyik. Kita bisa menembus pagar imajinasi kita. Bahkan di sinilah kepekaan itu diasah dengan polesan pilihan kata yang oke punya. Orang sering bilang, bahwa menulis fiksi erat kaitannya dengan dunia sastra yang terkenal sering mengobral kata-kata indah.
Nggak ada salahnya sih kita membuat tulisan berjenis ini. Dalam kondisi tertentu justru ini diperlukan untuk membangkitkan kesadaran seseorang dalam tahap awal. Cerpen dan novel remaja bersetting islami sekarang sedang laris di pasaran. Hal itu, selain menunjukkan minat baca yang lumayan tinggi, juga mulai tumbuh kesadaran remaja (sebagai pembaca utama) akan Islam. Sebab, kita nggak menafikan bahwa banyak juga kalangan remaja tertentu yang justru tersentuh dengan Islam lewat sebuah cerpen atau novel islami. Itu sebabnya, perkembangan larisnya novel dan cerpen islami menjadi sebuah fenomena yang perlu dipertahankan dan terus dikembangkan. Tentu, ini untuk menunjang langkah syiar Islam bagi kalangan tertentu.

Belajar dari penulis senior
Menulis fiksi tidaklah sulit. Yakin saja, jika kamu punya minat besar untuk menjadi penulis fiksi, selalu ada jalan ke arah sana. Nah, sekarang saya mau ngasih sedikit tips buat kamu. Saya modifikasi dari berbagai sumber supaya kamu termotivasi untuk membuat tulisan berjenis ini. Apa saja sih persiapannya?
Nggak banyak dan nggak berat. Sebab, menulis fiksi kadang seperti menulis perjalanan hidup pribadi kita. Bahkan sangat boleh jadi hasil kreasi antara sedikit fakta dan khayalan kita. Selama itu sesuai dengan ajaran Islam yang kita pegang, sah-sah saja, kok.
Waktu SD dulu, kita pernah belajar mengarang kan? Nah, jadikan itu sebagai modal. Atau ada di antara kamu yang udah lupa pelajaran itu? Oke deh, kalau saya sendiri kebetulan masih ingat tentang tugas dari pak guru bahasa Indonesa untuk mengarang perjalanan saat liburan. Sayang banget, waktu itu saya nggak terlalu serius dalam mempelajarinya. Tapi bagi mereka yang kebetulan berminat di bidang itu, biasanya langsung nyetel. Contohnya La Rose. Kenal, atau minimal pernah dengar nama ini? Yup, penulis wanita yang mengaku sangat terkesan dengan novel Ditelan Kenyataan yang berhasil ditulisnya, ternyata sudah menyukai dunia tulis-menulis sejak umur 5 tahun. Banyak hal yang bisa ia tulis. Tentang kucing di rumah, burung yang selalu berkicau di pagi hari, gemericik air di belakang rumah, atau apa sajalah yang bisa diindera dan kemudian diterjemahkan ke dalam sebuah tulisan. Asyik-asyik aja tuh.
La Rose dikenal sebagai salah satu penulis wanita yang cukup bagus dengan karya-karya novelnya. Banyak di Indonesia ini penulis fiksi terkenal, selain beliau bisa disebut di antaranya, Remy Silado, Arswendo Atmowiloto, Abdul Muis, Marga T., V. Lestari, Mira W, Ashadi Siregar, juga Pipiet Senja. Penulis anyar (bahkan banyak juga di antaranya yang masih muda belia) banyak bermunculan dan langsung ngetop. Siapa sih nyang nggak kenal nama Helvy Tiana Rosa? Beliau disebut-sebut sebagai penarik gerbong cerpen dan novel islami. Asma Nadia, sang adik, juga penulis untuk fiksi remaja yang cukup sukses, bahkan mendapat berbagai penghargaan. Afifah Afra Amatullah alias Mulati Yeni, juga termasuk dalam jajaran penulis fiksi top di tanah air. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kamu masih inget dengan serial Lupus? Nah, Bang Hilman adalah maestro cerita fiksi dengan gaya ngepop. Unsur sastranya diminimalisir. Nyang penting nyambung ke pembaca. Bang Boim Lebon juga tercatat sebagai penulis fiksi yang ngepop, Lupus Kecil yang berhasil dibesutnya juga lumayan bikin seger yang baca. Unik dan menarik. Gola Gong termasuk penulis yang cukup produktif, serialnya di majalah Hai bertitel “Balada Si Roy” lumayan menarik untuk dibaca para remaja. Meski bersetting umum, belum islami. Kini, Gola Gong lumayan menghentak dengan tema-tema yang islami, di antaranya Al Bahri dan Kepada-MU Aku Bersimpuh. Wah, pokoknya kalau mau disebut masih banyak nama-nama lainnya. Sori juga buat mereka yang nggak saya tulis di sini. Pokoknya, salut deh buat teman-teman yang udah berhasil menuangkan gagasannya lewat sebuah cerita yang tidak saja enak dibaca, tapi juga sarat dengan pesan bernuansa Islam. Sekecil apa pun itu, tetep memberi nilai untuk syiar Islam.
Belum lagi cerpenis dan novelis mancanegara. Kamu bisa dapetin tuh nama-nama beken kayak John Grisham, Shidney Sheldon, Agatha Cristhie, Ernest Hemingway, James Clavell’s, dan ratusan nama beken lainnya. Terlepas dari ideologi yang diembannya, mereka telah pandai merangkai kata-kata menjadi kalimat yang mengalir bagai air untuk mengisi plot cerita yang telah dibuatnya. Banyak cerita manusia lahir dari cerpen dan novel ini. Nggak sedikit bahkan novel yang diangkat dari kisah nyata kehidupan manusia.

Beberapa tips praktis
Sekarang ada sedikit tips untuk menulis fiksi. Bang Eka Budianta dalam bukunya“Menggebrak Dunia Mengarang”, ia menulis saran dari cerpenis Putu Arya Tirtawirya, bahwa resep untuk menulis cerpen yang baik adalah pintar bikin kejutan. Kalimat pertama yang kamu tulis harus menghentak. Bang Eka juga menyarankan bahwa resep ‘mujarab’ berupa langkah-langkah praktis. Mula-mula belajarlah membuat surat pembaca. Cari kasus yang aneh dan menarik. Kemudian berlatih menulis kisah sejati. Kalau sudah lancar, tambahkan di sana-sini imajinasi kamu. Dan kalau kamu cukup pintar, sarikan semuanya singkat-singkat. Maka jadilah puisi. Jadi cerpen adalah bentuk longgar dari puisi.
Bang Arswendo punya kita dalam menulis fiksi. Paling nggak itu bisa kamu dapatkan dalam bukunya, Mengarang Itu GampangPertama, kamu harus mengasah realitas imajinasi kamu. Maksudnya, ketika kamu menulis sebuah cerpen atau novel itu nggak lepas dari realitas kehidupan kamu sehari-hari, yang kamu lihat, kamu rasakan, kamu  gumuli dan kamu ketahui. Semua itu bisa kamu tuangkan dalam sebuah cerita fiksi. Misalnya bagaimana tatapan mata orang yang sedang marah, bagaimana guratan wajah seseorang yang sedang dirundung malang, atau sebaliknya, ia sdang bahagia, perhatikan juga ekspresi seseorang ketika membela diri, boleh juga menyelami nasib abang becak, pedagang kecil yang selalu dikejar aparat tibum, dan lain sebagainya. Banyak kok. Dan itu bisa kamu rekam setiap hari. Intinya, realitas dalam karangan adalah hasil imajinasi kamu.
Kedua, bisa memanfaatkan ilham. Kadang-kadang, pas kita lagi bengong, suka muncul tuh ide tentang sesuatu. Kamu bisa aja kepikiran tentang nikmatnya jadi orang kaya, pas kamu lagi bengong di dalam bajaj. Jadi, karena ilham itu seringnya datang tiba-tiba, maka kamu harus belajar untuk menyambutnya. Mesi setiap hari kamu pergi ke sekolah, belum tentu kamu bisa menangkap ilham yang datang. Ketika ada penjual es tua yang selalu mendorong gerobak dagangannya, muncul ide untuk menceritakan tentang kondisi hidupnya. Kalau udah dapet begitu, cepet-cepat datangi beliau. Supaya senang, belilah es barang segelas. Lalu SKSD sedikit, ngobrol ngalor-ngidul tentang kehidupannya, tentang keluaraganya dan tentang cita-citanya. Kalau udah dapet, kamu segera menuliskan ulang dalam cerpenmu pas nyampe di rumah. Mudah bukan? Coba aja ya.
Ketiga, bikin plot. kamu tahu plot? Itu adalah jalan cerita atau alur cerita. Mutlak kamu buat dong, supaya ide kamu mengalir enak. Istilah sederhana dari plot adalah kerangka karangan. Itu pernah saya tulis di awal buku ini. Plot bisa lembut, bisa juga ledakan, atau malah gabungan dari lembut-ledakan. Plot keras (ledakan) adalah akhir cerita tanpa bisa diduga oleh pembaca. Tiba-tiba gitu lho. Tapi tetep logis. Hampir semua cerpen A. Chekov, pengarang Rusia itu, berakhir dengan plot ledakan. Boleh juga baca cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Lelaki dan MesiuSurat dengan Sampul Putihkarya Arswendo juga penuh dengan plot ledakan. Oya, boleh promosi dikit, Serial Ogi yang dibukukan dalam Secret Admirer juga rata-rata berakhir dengan ledakan, terutama episodePutri BiruChatting, Yuk!Ketika Ogi Ronda, dan Kembang Kertas di Taman Sekolah. He..he.. sori, bukan maksud berbangga diri, tapi sekadar memberi contoh.
 Bagaimana dengan plot lembut? Ini memang soal selera ya. Sebab, banyak juga pembaca yang kurang begitu menyukai plot ledakan, jadilah ada istilah lawannya, plot lembut, bahkan mungkin bisikan. Jadi si pengarang menuntun pembaca dengan alur cerita yang terasa mengalir dan kemungkinan sudah tahu jawabannya. Tapi biasanya sebagai penegasan aja dari ceritanya. Kalau gabungan antara keduanya, berarti cerita itu plotnya dua. Dalam perkembangannya, ada juga plot terbuka dan plot tertutup. Terbuka artinya, akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di samping masalah besar persoalan. Tertutup berarti akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Lebih dititikberatkan pada permasalahan dasar. Tapi harus diingat bro (baca: brother), kamu harus lihai juga mengakhiri plot. Cerita berkahir, plot berakhir. Atau berkahir beberapa saat setelah cerita berakhir. Kata Bang Arswendo, mengakhiri plot seperti menginjam rem. Sesaat sebelum berhenti atau mendadak secara bersamaan.
Keempat, penggambaran tokoh. Yang pernah baca Lupus kayaknya apal banget dengan karakter anak itu. Mulai gaya rambutnya yang retro punya (gondrong), suka makan permen karet, dan juga kocak. Selain tokoh Lupus, ada adiknya, Lulu. Digambarkan sebagai anak yang cerewet dan manja tapi katanya baik hati. Bagaimana dengan Boim dan Gusur? Kayaknya Lupus-mania pada ngeh deh. Nah, pengambaran yang oke terhadap tokoh yang kita buat (kalau bisa sedetil-detilnya; bentuk fisik, perilaku, kesukaannya, ekspresinya di setiap kondisi, dana lain sebagainya) akan menghidupkan cerita itu sendiri. kamu bisa membuatnya dengan memperhatikan kehidupan di sekitarmu, atau baca karya-karya ngetop lainnya. Sebab, pembaca akan dibawa untuk menyelami semua tokoh yang karakternya udah kita gambarkan dengan baik.
Kelima, lokasi tempat. Lokasi di sini artinya ke arah situasi. Jadi, situasi tempat. Nah, kamu harus juga memasukkan unsur tempat ini supaya pembaca bisa menjangkau fakta cerita yang kita buat. Baik lokasi desa atau lokasi kota metropolitian, kamu harus bisa menggambarkannya dengan baik. Kalau bisa sedetil mungkin situasi dan suasana di kedua tempat itu. Boleh dibilang inilah yang oleh para penulis disebut juga sebagai latar cerita kita. Bisa memperkaya wawasan pembacanya. Apalagi tempat yang belum pernah dikunjungi oleh kebanyakan pembaca kita. Bisa menarik itu.
Keenam, menggarap tema. Ini termasuk bagian penting lho. sebab, cerpen atau novel yang kita buat temanya kurang menarik, atau malah nggak ada tema sentral sama sekali (apalagi jika nggak bertema sedikit pun he..he..). Itu mah sama dengan menyuruh pembaca untuk segera melempar tulisan kita. Uppss.. kejam amat ya?
Oke deh, sekarang mulailah menulis dengan panduan dari beberapa tips tadi. Nggak ada salahnya kamu juga terus mengeksplorasi segala yang kamu bisa ketahui. Bener-bener menyenangkan menulis itu. Pengalaman saya dalam menulis cerpen, biasanya tema yang saya angkat adalah dari peristiwa sehari-hari dalam kehidupan. Banyak hal yang menarik. Nggak perlu yang susah-susah. Msalnya aja bisa cerita tentang kejadian subuh di pesantren, santri yang pelupa, pak ustadz yang sedang gantuk saat ngajar para santri. Di sekolah juga banyak peristiwa yang bisa diangkat untuk cerita fiksi. Murid yang bandel, guru yang galak, kepsek yang baik hati dan sebagainya, lengkap dengan kreasi imajinasi yang kamu buat. Mudah kan? Cobalah…
Oke deh kalau kamu memang ngebet ingin jadi penulis fiksi, seringlah mengasah imajinasi kamu. Bahkan semua pengarang seperti ingin berlomba mencipta bahasa baru untuk memberikan kesegaran kepada pembacanya, selain tentunya mengasah kepekaan kita dalam mengolah kata-kata. Siap mencoba?
[Sumber:http://osolihin.wordpress.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar