Rabu, 12 Oktober 2011

Sebuah Review : Ayahku (Bukan) Pembohong



Ayahku (Bukan) Pembohong

Adam mulai berhenti memercayai cerita-cerita ayahnya ketika umurnya tepat dua puluh tahun. Selama kurun waktu itu, ia tumbuh dengan sekelumit kisah fantastis,bombastis dari sosok ayahnya. Dalam setiap jengkal riwayat napas Adam, tak ada satu ceritapun yang tidak dikisahkan oleh Ayahnya : tentang pemain sepak bola yang menjadi sahabat terbaik ayahnya, negeri penguasa angin, apel emas dan  Lembah Bukhara. Semua itu diceritakan ayah dengan sangat meyakinkan. 

Adam terus tumbuh dengan kisah-kisah itu. Lihatlah, ia memang mengambil banyak hikmah dari kisah-kisah ini. Ia memaknai hidupnya melalui cerita-cerita ayah. Sampai sebuah peristiwa yang meluluh lantakkan kepercayaan itu : saat ibunya meninggal.

Saat ia memilih pergi dari rumah, saat ia sudah berkeluarga, saat ia begitu membenci cerita-cerita ayah. Saat itu semua, istrinya meminta agar ayah tinggal di rumah mereka. Jadilah perdebatan sengit itu terulang. Ayah memulai kebiasaannya dan menumpahkannya pada dua orang malaikat kecil (Zas dan Qon). Ya, mereka adalah dua cucu yang begitu antusias mendengar tiap jengkal kisah ayah yang selalu menarik perhatian mereka. Seperti terulang kembali, Adam tidak mau anak-anaknya tumbuh dengan kebohongan. Ia melarang ayah untuk bercerita. Ini sangat delematis dan penuh resiko. Bagaimanapun ia tak akan sampai hati melaukai hati ayahnya itu. Sebab kesuksesan hari ini adalah kerja keras ayahnya di masa lalu.

Ayahku (Bukan) Pembohong diceritakan dengan bahasa sederhana yang menghentak jiwa. Ada begitu banyak kearifan yang dapat kita cerap dan menjadi sebuah renungan. Sederhana sebenarnya, Tere Liye seperti ini memberitahu  kita tentang kebahagian sejati yang sederhana, cinta keluarga dan hubungan emosional antara orangtua dan anak. 

Selamat menangguk kearifan di dalamnya!!! : )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar